Menggali Potensi Emas Sumberdaya Genetik yang Dimiliki Daerah
Mamuju, 23/02/2023 - BSIP Sulawesi Barat mengikuti Bertani on Cloud (BOC) volume 217 mengenai “Pengembangan varietas lokal terdaftar : Talas Beneng asal Pandegelang menembus pasar Internasional” yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pandegelang bekerjasama dengan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian. Acara dibuka oleh Kepala BPPSDM Pertanian, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. sekaligus sebagai salah satu Keynote Speaker pada Acara tersebut. Keynote speaker lainnya adalah Ketua Umum Peragi, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Syakir, MS. dan Bupati Pandegelang, Hj. Irna Narulita, SE, MM. Menurut Prof. Dedi dalam opening speech pada acara Bertani on Cloud, bahwa varietas lokal merupakan andalan dalam antisipasi krisis pangan global. Oleh karena itu, strategi yang harus dilakukan adalah (1) peningkatan kapasitas produksi pangan local, (2) substitusi impor pangan dengan pangan local, dan (3) genjot ekspor pertanian pangan local.
Lebih lanjut menurut Prof. Dedi, harga pangan global memiliki nilai signifikan sehingga beberapa negera tidak mampu tangani, dan hal itu menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat menangkap peluang tersebut. Talas beneng memiliki kualitas yang yang kalah dengan beras dan memiliki kandungan mineral yang lebih baik sehinggga potensial sebagai sumber pangan. Pangan local, seperti halnya talas beneng dapat menyelematkan kita dari krisis pangan global dengan melakukan pengolahan dalam aneka olahan produk yang dapat memberikan added value. Prof Dedi juga mengajak semua stakeholder untuk dapat mengembangkan talas beneng mengingat permintaanya yang cukup besar dari berbagai negara yang belum dapat dipenuhi.
Ketua Peragi, Prof. Syakir juga menyampaikan bahwa Indonesia terkenal sebagai negara biodiversity terbesar kedua dunia, karena itu ada 2 hal penting yang harus dilakukan, yaitu (1) bagaimana mendorong varietas-varietas lokal kita, yang selama ini sudah didaftarkan sebagai varietas milik kita yang memiliki unggulan genetik menjadi unggulan ekonomi, melalui pengembangan dan pemanfaatannya, dimana terminal akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan petani, dan (2) pada acara Bertanian on Cloud yang mengangkat talas beneng yang mempunyai arti besar dan kuning, dapat memberikan pengetahuan kepada petani, baik teknik budidaya, olahan pangan dan pasar.
Varietas local untuk dapat dikomersialisasikan harus dilepas sebagai varietas unggul nasional ehingga keunggulannya dapat diketahui secara luas. Varietas local yang baru didaftarakan belum dapat diperjualbelikan, terutama di luar wilayah asalnya, sehingga pelepasan varietas local sebagai suatu varietas unggul nasional perlu mendapat perhatian.
Bupati Pandegelang, Hj. Irna dalam paparan singkatnya menyampaikan bahwa talas beneng awalnya merupakan tanaman yang tidak mempunyai arti karena tidak ada nilainya, tumbuh liar di hutan tanpa dibudiayakan. Namun dengan diketahuinya manfaat dan nilai ekonomi dari talas beneng, saat ini merupakan tanaman pundi-pundi emas. Talas beneng merupakan salah satu tanaman local yang dimilki Kabupaten Pandegelang, melalui perjuangan panjang dalam proses pendaftaran, pengujian, pengembangan dan pemanfaatnnya. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Pandegelang menyampaikan terima kasih kepada stakeholder yang telah berperan aktif sehingga talas beneng saat ini merupakan salah satu komoditas yang bernilai ekonomi.
Sebagai narasumber pada Bertani on Cloud saat ini adalah Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Banten, Koordinator Pendaftaran Varietas Tanaman, dan Peneliti BSIP Banten. Kepala DPKP Kab. Pandegelang dalam paparannya “Succes Story Pendaftaran Varietas Lokal dan Pengembangan Talas Beneng Menembug Pasar Internasional” menyampaikan kisah sukses perjalanan panjang talas beneng menembus pasar internasional bahkan saat ini belum ampu penuhi permintaan. Demikian juga paparan materi Koordiantor PVT mengenai “Mekanisme Pendaftaran Varietas Tanaman” yang dapat dilakukan secara online. Manfaat pendaftaran varietas local adalah dalam hal perlindungan kepemilikan varietas local, sedangkan pada pelepasan varietas lebih pada nilai manfaat ekonomi, dimana kita dapat meperjualbelikan bibit yang diproduksi di luas wilayah asalnya. Narasumber terakhir menyampaikan terkait dengan “Teknologi Budidaya, Pasca Panen dan Pengolahan Talas Beneng”. Menurut peneliti BSIP Banten, olahan produk talas beneng cukup banyak sehingga dapat menjadi pilihan dalam pengembangannya sesuai konsumen.
Bahkan menurut petani talas beneng di salah satu daerah di Kabupaten Pandegelang, bahwa saat ini permintaan talas beneng dari beberapa negara luar belum dapat dipenuhi, baik umbi maupun daun untuk berbagai keperluan, misalnya permintaan daun talas beneng dari Australia dan Selandia Baru 20 ton per bulan yang belum dapat dipenuhi. Permintaan dalam bentuk umbi dan tepung talas beneng yang juga cukup tinggi (40-50 ton), namun belum terpenuhi. Oleh karena itu menurut petani tersebut, talas beneng telah berubah status dari tanaman liar menjadi tanaman dolar.
Suatu perenungan yang membutuhkan komitmen bersama. Bagaimana dengan daerah kita, yang juga memiliki potensi pangan lokal yang sangat beragam, yang tidak kalah dengan Kabupaten Pandegelang denga talas benengnya, apakah hanya dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya pengembangan dan pemanfaatannya sebagai sumber pangan dalam mengantisipasi krisis pangan global? Apakah tidak ada keinginan untuk merubah status tanaman local kita yang mungkin awalnya hanya tanaman biasa-biasa saja menjadi tanaman luar biasa, seperti talas beneng yang awalnya tanaman liar menjadi tanaman dolar, tanaman hutan menjadi tanaman pundi-pundi emas? Mari sejenak kita merenung dibalik kekayaan sumberdaya genetik yang kita miliki, namun belum tersentuh untuk pengembangan dan pemanfaatannya untuk peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat kita. Mari kita gali potensi harta karun Sumberdaya Genetik kita yang masih terpendam untuk hari esok, dalam antisipasi krisis pangan global. Kita tidak hanya bertumpu pada beras sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga pada tanaman pangan local lainnya yang kita miliki, seperti Talas Mamasa, Tarreang Polman, Batar Majene yang butuh sentuhan dalam pengembangan dan pemanfaatannya.